INFLASI 3 TAHUN TERAKHIR

Dampak Inflasi 
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaumburuh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Contohnya  seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
 
Kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2011 diperkirakan oleh banyak pihak sebagai lebih baik daripada beberapa tahun sebelumnya. Economic outlook yang optimistik dikeluarkan oleh Pemerintah, Bank Indonesia, para ekonom, serta lembaga internasional. Optimisme itu bersumber dari pencapaian indikator makroekonomi tahun 2010 yang sedikit melebihi harapan, disertai prediksi kondisi perekonomian dunia yang diyakini akan semakin membaik, setelah dua tahun sebelumnya terpukul oleh krisis keuangan di beberapa Negara maju.
Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2010 secara umum memang melebihi harapan otoritas ekonomi, jika dilihat dari economic outlook yang disampaikan setahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2009 yang hanya mencapai 4,6%. Lebih tinggi pula daripada asumsi APBN 2010 dan APBN-P yang metargetkan di bawah 6%. Peningkatan pun dinilai berdukungan sumber pertumbuhan yang makin berimbang, diantaranya tercermin pada peran investasi dan ekspor yang meningkat. Ditambahkan bahwa peningkatan investasi mulai ditandai dengan semakin tingginya peranan investasi yang sifatnya menambah kapasitas ekonomi.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2010 tercatat surplus sekitar 30,3 miliar dolar AS, ditopang oleh surplus transaksi berjalan serta tingginya surplus transaksi modal dan finansial. Perkembangan NPI itu mendorong penguatan nilai tukar rupiah, yang polanya memiliki volatilitas yang cukup rendah. Secara rata-rata rupiah mencapai Rp 9.081 per dolar AS, atau terapresiasi sebesar 3,8% dibandingkan dengan akhir tahun 2009.
Inflasi memang tercatat 6,96%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%±1% dan asumsi APBN. Stabilitas harga mendapat gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan makanan, meningkat tajam akibat anomali cuaca baik di tingkat global maupun domestic, sejak pertengahan tahun. Harga komoditas pangan di pasar global melonjak tajam, dan dalam waktu yang bersamaan harga-harga komoditas pangan di pasar domestik juga meningkat tinggi. Komoditas bahan pokok seperti beras dan aneka bumbu memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar sehingga inflasi volatile food mencapai 17,74%, jauh lebih tinggi dari inflasi volatile food tahun 2009 yang hanya mencapai 3,95%. Meski demikian, inflasi inti tetap terjaga pada level 4,28% dan kelompok administered prices inflasi sebesar 5,40%, sehingga inflasi keseluruhan masih bisa dikendalikan.

 Data inflasi yang digunakan ini adalah perkembangan inflasi per bulan periode Desember 2008 hingga Desember 2012.


Data Inflasi Periode Desember 2008-Desember 2012

Tahun
Bulan
Inflasi
Tahun
Bulan
Inflasi
2009
Januari
-0,07
2011
Januari
0,89

Februari
0,21

Februari
0,13

Maret
0,22

Maret
-0,32

April
-0,31

April
-0,31

Mei
0,04

Mei
0,12

Juni
0,11

Juni
0,55

Juli
0,45

Juli
0,67

Agustus
0,56

Agustus
0,93

September
1,05

September
0,27

Oktober
0,19

Oktober
-0,12

Nopember
-0,03

Nopember
0,34

Desember
0,33

Desember
0,57
2010
Januari
0,84
2012
Januari
0,76

Februari
0,30

Februari
0,05

Maret
-0,14

Maret
0,07

April
0,15

April
0,21

Mei
0,29

Mei
0,07

Juni
0,97

Juni
0,62

Juli
1,57

Juli
0,70

Agustus
0,76

Agustus
0,95

September
0,44

September
0,01

Oktober
0,06

Oktober
0,16

Nopember
0,60

Nopember
0,07

Desember
0,92

Desember
0,54
Sumber : Biro Pusat Statistik


Dari tabel dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun pengamatan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli tahun 2010 yakni sebesar 1,57%, sedangkan yang terendah adalah pada September 2012 sebesar 0,01%.

Data inflasi yang digunakan ini adalah perkembangan inflasi per bulan periode Desember 2008 hingga Desember 2012. 
























Tahun
Bulan
IHSG
Tahun
Bulan
IHSG



2009
Januari
Rp 1.333
2011
Januari
Rp 3.409


Februari
Rp 1.285

Februari
Rp 3.470


Maret
Rp 1.434

Maret
Rp 3.679


April
Rp 1.723

April
Rp 3.820


Mei
Rp 1.917

Mei
Rp 3.837


Juni
Rp 2.027

Juni
Rp 3.889


Juli
Rp 2.323

Juli
Rp 4.131


Agustus
Rp 2.342

Agustus
Rp 3.842


September
Rp 2.468

September
Rp 3.549


Oktober
Rp 2.368

Oktober
Rp 3.791


Nopember
Rp 2.416

Nopember
Rp 3.715


Desember
Rp 2.534

Desember
Rp 3.822

2010
Januari
Rp 2.611
2012
Januari
Rp3.942


Februari
Rp 2.549

Februari
Rp3.985


Maret
Rp 2.777

Maret
Rp4.122


April
Rp 2.971

April
Rp4.181


Mei
Rp 2.797

Mei
Rp3.833


Juni
Rp 2.914

Juni
Rp3.956


Juli
Rp 3.069

Juli
Rp4.142


Agustus
Rp 3.082

Agustus
Rp4.060


September
Rp 3.501

September
Rp4.263


Oktober
Rp 3.635

Oktober
Rp4.350


Nopember
Rp 3.531

Nopember
Rp4.276


Desember
Rp 3.704

Desember
Rp4.317
















Komentar

Postingan Populer