Softskill Bahasa Indonesia
Bila
ingin berkunjung ke suatu tempat atau daerah ada lebih baiknya kita menguasai
bahasa dari daerah tersebut dan ini berlaku secara global. Seseorang yang
berada di daerah tertentu tanpa mengetahui bahasa daerah tsb bisa dianggap
sebagai orang asing oleh masyarakat sekitar dan lebih parahnya bisa di anggap
sebagai Teroris. Mengapa demikian ? Karena bahasa adalah salah satu alat
komunikasi antar manusia dan sungguh aneh serta perlu dipertanyakan bila ada
seseorang yang tidak bisa berkomunikasi (kecuali dia tuna wicara)
Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1. berdasarkan media
2. berdasarkan cara pandang penutur
3. berdasarkan topik pembicaraan.
C. RAGAM BAHASA INDONESIA
1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri
· Ragam bahasa lisan
· Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
2.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :
· Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
· Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :
1. Ragam bahasa ilmiah
2. Ragam hukum
3. Ragam bisnis
4. Ragam agama
5. Ragam sosial
6. Ragam kedokteran
7. Ragam sastra
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicara.
Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
DIKUTIP DARI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Pengertian
Bahasa
Dikutip dari wikipedia, secara etimologis Bahasa
berasal dari bahasa Sanskerta yakni भाषा, bhāṣā. Bahasa berarti
sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau
anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri
dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang
baik.
A.PERANAN BAHASA
INDONESIA
1. Sebagai Bahasa Nasional
1. Sebagai Bahasa Nasional
Sebagai lambang kebanggaan dan identitas
nasional, Bahasa persatuan kita, memiliki nilai-nilai sosial budaya luhur
bangsa yang harus dipertahankan dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari
tanpa ada rasa renda diri, malu, dan acuh tak acuh. Indonesia memiliki
banyak budaya dan bahasa yang berbeda-beda hampir di setiap daerah. Pastinya,
tidak akan mungkin kita bisa saling memahami ketika berkomunikasi antar sesama.
Oleh karena itulah betapa pentingnya kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa
pemersatu bangsa dan sebagai alat penghubungan antarbudaya dan daerah.
2. Sabagai Bahasa Negara
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional” yang diselenggarakandi Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28
Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai : bahasa dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentinganperencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
menjadi bahasa resmi kenegaraan, pengantar di lembaga-lembaga pendidikan/
pemanfaatan ilmu pengetahuan, pengembangan kebudayaan, pemerintah dll.
3. Sebagai Alat Untuk Mengembangkan Ilmu
Pengetahuan
Menurut
Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak
dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur
budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai
akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
4.Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep
Ilmiah “Karya Tulis Ilmiah”
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa
diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan,
penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan
tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.
Fungsi
Bahasa Indonesia Dalam Kedudukan Sebagai Bahasa Nasional Meliputi 4 Aspek yaitu
:
- Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Kebanggaan Nasional.
- Bahasa Indonesia Sebagai Lambang identitas Nasional.
- Bahasa Indonesia Sebagai Alat pemersatu seluruh Bangsa Indonesia.
- Bahasa Indonesia Sebagai Alat penghubung antar Budaya dan antar Daerah.
Berikut
Penjelasanya :
1. Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Kebanggaan
Nasional.
www.dosenpendidikan.com/
Bahasa Indonesia Sebagai lambang kebanggaan Nasional adalah bahasa Indonesia
yang mempunyai nilai-nilai sosial, budaya luhur bangsa. Dengan nilai yang
dimiliki merupakan cermin bangsa Indonesia, untuk itu kita sebagai warga negara
Indonesia harus bangga, menjunjung tinggi dan mempertahankan nilai-nilai yang
terkadung di dalamnya serta mengamalkan sesuai dengan isi nilai sosial dan
budaya luhur bangsa .
Sebagai wujud rasa bangga terhadap bahasa Indonesia,
kita harus menggunakan bahasa Indonesia setiap hari terutama di lingkungan
sekolah dan tanpa ada rasa rendah diri, dan acuh tak acuh. untuk itu sebagai
warga negara Indonesia yang baik kita harus menjaga bahasa sesuai dengan isi
sumpah pemuda tersebut diatas.
2. Bahasa
Indonesia Sebagai Lambang identitas Nasional.
Bahasa Indonesia Sebagai lambang identitas Nasional
Berarti bahwa bahasa Indonesia dapat mengetahui identitas kewarganegaraan
seseorang dan juga dapat membedakan antar negara lain, yaitu karakter,
kpribadian, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Harus di wujudkan dan dijaga
jangan sampai kepribadian tersebut diatas tidak tercermin di dalamnya.
3. Bahasa Indonesia Sebagai Alat pemersatu seluruh
Bangsa Indonesia.
Bahasa
Indonesia sebagai alat pemersatu seluruh Bangsa Indonesia ini masyarakat
Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya,
dapat disatukan melalui bahasa Indonesia bersatu dalam satu kebangsaan, dan
mempunyai cita-cita, rasa senasib dan sepenangungan yang sama.
Dengan bahasa Indonesia, bangsa ini dapat merasa
harmonis dan serasi, karena diantara kita tidak lagi merasa ada persaingan dan
tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain, identitas suku dan
nilai-nilai sosial budaya daerah masih dapat kita lihat dan masih tercermin
didalam bahasa daerah masing-masing yang masih kental. dan bahasa daerah dapat
memperkaya aneka ragam bahasa daerah yang dimiliki Bangsa Indonesia.
4. Bahasa Indonesia Sebagai Alat penghubung antar
Budaya dan antar Daerah.
Bahasa Indonesia sebagai alat penghubung antar Budaya
dan antar Daerah. dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa
Indonesia kita dapat saling berinteraksi untuk segala bidang kehidupan. Baik
pemerintah, interaksi segala kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan
idiologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, dan kemanan dengan
mudah dapat disampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia.
jika laju pertumbuhan komunikasi antarmanusia
meningkat berarti akan mempercepat tingkat wawasan dan pengetahuan manusia. dan
jika semakin cepat pengetahuan meningkat maka akan mempermudah perkembangan
kehidupan bangsa.
B. Fungsi Bahasa Indonesia Dalam
Kedudukan Sebagai Bahasa Negara
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
Merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945 bab XV pasal 36 yang berbunyi, “
Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.” Landasan konstitusional ini memberikan
kedudukan yang kuat bagi bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai
kegiatan dan urusan kenegaraan.
Sebagai bahasa Negara berarti bahasa Indonesia adalah
bahasa resmi. Dengan demikian bahasa Indonesia harus dipergunakan sesuai dengan
kaidah, Peraturan dan tatatertib yang berlaku. Bahasa Indonesia yang dipakai di
haruskan dengan menggunaka kalimat yang lengkap dan baku.
- Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Kedudukan Sebagai Bahasa Negara juga Meliputi 4 aspek yaitu :
- Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
- Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
- Bahasa Indonesia sebagai alat penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan tata-cara perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta pemerintahan.
- Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi (iptek).
Penjelasanya
Sebagi Berikut :
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, adalah Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara yang di wujudkan dalam bahasa naskah proklamasi kemerdekaan RI
1945 telah menggunakan bahasa Indonesia. Setelah proklamasi itu di kumandangkan
pemakaian bahasa Indonesia harus di gunakan dalam segala bidang seperi upacara,
peristiwa penting, dan juga kegiatan kenegaraan dalam bentuk lisan (pidato)
maupun tulis (surat penting negara).
2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia
pendidikan.
Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia
pendidikan, Kedudukan Bahasa Indonesia ini sebagai bahasa Negara diwujudkan
dengan digunakanya bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga
pendidikan dari mulai dari pendidikan taman kanak-kanak, jenjang pendidikan SD,
Jenjang pendidikan SMP, Jenjang pendidikan SMA Maupun sampai dengan jenjang
pendidikan perkuliahan.
Materi pelajaran sekolah yang berbentuk media cetak
juga harus menggunakan bahasa Indonesia, Hal itu juga dilakukan dengan
menerjemahkan (mengartikan) buku-buku yang berbahasa asing menjadi bahasa
Indonesia. Cara seperti itu akan sangat membantu dalam meningkatkan laju
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar ilmu pendidikan,
pengetahuan dan teknolologi (iptek).
3. Bahasa Indonesia sebagai alat penghubung pada
tingkat Nasional untuk kepentingan tata-cara perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta pemerintahan.
Bahasa
Indonesia sebagai alat penghubung pada tingkat Nasional, Kedudukan Bahasa
Indonesia ini diwujudkan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan
antara badan pemerintah Nasional dan disebarluaskan semua informasi menggunakan
bahasa Indonesia kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Sehubungan dengan hal itu hendaknya diadakan
penyeragaman sistem informasi dan mutu media komunikasi masa secara menyeluruh.
dengan tujuan agar isi pesan atau informasi yang disampaikan dapat dengan cepat
dan tepat diterima oleh masyarakat.
4. Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan
Nasional, Ilmu dan Teknologi (iptek).
Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan
Nasional, Ilmu dan Teknologi (iptek), Kedudukan Bahasa Indonesia ini diwujudkan
dengan penyebaran luas ilmu tentang pengetahuan dan teknologi, yang di
sampaikan melalui buku-buku pelajaran, majalah-majalah media informasi (koran).
maupun media cetak lainnya.
Fungsi
Bahasa Secara Khusus :
1.
Mewujudkan hubungan dalam Interaksi Dalam Kehidupan sehari-hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah lepas
dari hubungan komunikasi dan interaksi dengan makhluk sosialnya. Komunikasi
yang dugunakan dapat menggunakan bahasa formal atau non formal.
2. Mewujudkan Seni (Sastra).
Bahasa juga dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan
melalui media seni, seperti syair, puisi, prosa, Cerpen dll. kadang-kadang
bahasa yang dipakai juga memiliki makna konotasi dan makna denotasi. Dalam hal
ini, dibutuhkan pemahaman yang yang lebih dalam agar dapat mengetahui makna
yang ingin disampaikan Penulis atau peraga seni.
3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.
Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui
peristiwa dimasa lalu. Untuk mengantisipasi dan mencegah kejadian yang lalu
untuk tidak terjadi kembali dimasa depan, atau untuk menambah wawasan tentang
asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah kuno atau penemuan
prasasti-prasasti.
4. Memahami IPTEK.
Dengan akal dan pikiran yang sudah anugrahkan Tuhan
kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
berbagai hal dalam bidang IPTEK dan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu mengabadikan agar manusia
lainnya juga dapat mempergunakan dan lebih mgembangkanya lagi demi masadepan
manusia itu.
C. Ragam BahasaRagam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis yaitu
1. berdasarkan media
2. berdasarkan cara pandang penutur
3. berdasarkan topik pembicaraan.
C. RAGAM BAHASA INDONESIA
1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri
· Ragam bahasa lisan
· Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’
Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
2.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :
· Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
· Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
· Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
3.Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah :
1. Ragam bahasa ilmiah
2. Ragam hukum
3. Ragam bisnis
4. Ragam agama
5. Ragam sosial
6. Ragam kedokteran
7. Ragam sastra
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya :
• Faktor Budaya atau letak Geografis
• Faktor Ilmu pengetahuan
• Faktor Sejarah
Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut media pembicara.
Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
Pemakaian Tanda Baca sesuai EYD
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
- Ayahku tinggal di Solo.
- Biarlah mereka duduk di sana.
- Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
- Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya:
- Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
- Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
- Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2. ... b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus 2.1 ... 2.2 ... Catatan:
- Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya:
- pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
- Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Misalnya:
- pukul 9.00 pagi
- pukul 11.00 siang
- pukul 5.00 sore
- pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Misalnya:
- pukul 00.45
- pukul 07.30
- pukul 11.00
- pukul 17.00
- pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya:
- 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
- 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
- 0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya:
- Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
- Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya:
- Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
- Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
- Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
- Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
- Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
- Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:
- Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
- Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
- Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Misalnya:
- Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga
- Jalan Cikini 71
- Jakarta
- Yth. Sdr. Moh. Hasan
- Jalan Arif Rahmad 43
- Palembang
- Adinda
- Jalan Diponegoro 82
- Jakarta
- 21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
- Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya:
- Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
- Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
- Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
- Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya:
- Kalau ada undangan, saya akan datang.
- Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
- Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
- Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
- Misalnya:
- Saya akan datang kalau ada undangan.
- Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
- Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya:
- Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
- Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
- Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:
- Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
- Hati hati, ya, jalannya licin.
- Mas, kapan pulang?
- Mengapa kamu diam, Dik?
- Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) Misalnya:
- Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
- "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:
- "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
- "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
- Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
- Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
- Surabaya, 10 Mei 1960
- Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
- Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
- Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
- Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
- Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:
- Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
- Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
- Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
- B. Ratulangi, S.E.
- Ny. Khadijah, M.A.
- Bambang Irawan, S.H.
- Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
- Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
- 12,5 m
- 27,3 kg
- Rp500,50
- Rp750,00
Catatan:
- Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) Misalnya:
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
- Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
- Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
- Misalnya:
- Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
- Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
- Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
- Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
- pengembangan kosakata.
- Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya:
- Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
- Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya:
- Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misalnya:
- Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
- Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
- Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:
- Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
- Misalnya:
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi
b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara : Bambang S. Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008 Waktu : 09.00—10.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya:
- Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
- Surah Yasin: 9
- Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
- Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
- Di samping cara lama diterapkan juga ca-
- ra baru ....
- Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
- ding yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya:
- Kini ada cara yang baru untuk meng-
- ukur panas.
- Kukuran baru ini memudahkan kita me-
- ngukur kelapa.
- Senjata ini merupakan sarana pertahan-
- an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:
- anak-anak
- berulang-ulang
- kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:
- 8-4-2008
- p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya:
- ber-evolusi
- dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
- tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
- Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
- be-revolusi
- dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
- tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b. ke- dengan angka, c. angka dengan -an, d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:
- se-Indonesia
- peringkat ke-2
- tahun 1950-an
- hari-H
- sinar-X
- mem-PHK-kan
- ciptaan-Nya
- atas rahmat-Mu
- Bandara Sukarno-Hatta
- alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya:
- di-smash
- di-mark-up
- pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (–)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya:
- Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
- Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya:
- Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
- Tahun 1928–2008
- Tanggal 5–10 April 2008
- Jakarta–Bandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat. Misalnya:
- Kita memerlukan alat tulis–pena, pensil, dan kertas.
- (Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:
- Kapan dia berangkat?
- Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
- Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
- Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)
- Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
- Misalnya:
- Alangkah indahnya taman laut ini!
- Bersihkan kamar itu sekarang juga!
- Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
- Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya:
- Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
- Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
- Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi. Misalnya:
- Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
J. Tanda Petik (" ")
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
- Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
- Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
- "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
- Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
- Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
- Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
- Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
- Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya:
- Kata dia, "Saya juga minta satu."
- Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:
- Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
- Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. (4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya:
zaman
bukan jaman asas
" azas plaza
" plasa jadwal
" jadual bus
" bis
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Misalnya:
- Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
- "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya:
terpandai 'paling' pandai retina 'dinding mata sebelah dalam' mengambil langkah seribu 'lari pontang panting' 'sombong, angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M) Misalnya:
feed-back 'balikan' dress rehearsal 'geladi bersih' tadulako 'panglima'
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
- Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
- Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan:
- Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
- Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:
- Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya:
- Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
- Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya:
- Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
- Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
- Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
- Kemarin kakak saya membeli
-
1) buku, 2) pensil, dan 3) tas sekolah.
- Dia senang dengan mata pelajaran
-
a) fisika, b) biologi, dan c) kimia.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya:
- Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
- Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
- Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya:
- Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya:
- No. 7/PK/2008
- Jalan Kramat III/10
- tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut' harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar' tindakan penipuan dan/atau penganiayaan 'tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau
tindakan penganiayaan'
Catatan:
- Tanda
garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi
penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
- Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan) Malam 'lah tiba. ('lah = telah) 1 Januari '08 ('08 = 1988)
D. Pilihan Kata ( Diksi )A. Pengertian Diksi atau Pilihan kataJika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.Contoh Paragraf :1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.2). Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.B. Syarat-Syarat Pemilihan Kata1. Makna Denotatif dan Konotatif
3. Sinonim4. Kata Ilmiah dan Kata Populer5. Pembentukan Kata6. DefinisiKesimpulan :Menguasai bahasa merupakan sudah menjadi kewajiban kita karena bahasa itu sendiri adalah alat untuk berkomunikasi antar manusia. Menguasai bahasa asing lainnya juga merupakan Nilai plus, baik bagi orang lain maupun diri kita sendiri. Seiring dengan berjalannya Teknologi tentunya sangat berpengaruh dalam hal pembelajaran bahasa . Bahkan dengan adanya internet kita bisa mempelajari bahasa asing secara otodidak. Jadi, masihkah kita bermalas-malasan untuk meningkatkan kualitas ragam bahasa kita ?Ingatlah satu hal kawan "Jika kita ingin berkunjung kesuatu daerah maka, kuasai dulu bahasanya"
Komentar
Posting Komentar